Sabtu, 21 Mei 2011

laporan ilmu gulma

l. PENDAHULUAN

1.1 Latar bidang masalah
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain.
Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan duniaTanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda.
Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi dari pada yang lain (misalnya Imperata cyndrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air.


Kedelai (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.
A. Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
B. Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
C. Perakaran
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air.
Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar.
Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
D. Batang
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate), tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi.
Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.


E. Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
F. Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
G. Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk.
1.2 Maksut dan tujuan
 Untuk menentukan jenis gulma apa saja yang ada pada areal tanaman kacang tanah.
 Apa persaingan gulma dengan kacang tanah tidak tergnggu.
 Pengendalian apa yang lakukan jika gulma sudah banyak di areal tanaman kacang tanah.
 Untuk mengetahui masalah kendala mengatasi pengendalian gulma pada kacang kedelai.
ll. Gulma-gulma yang sering ditemui di areal kacang kedelai

2.1 Gulma Rumput-rumputan(Leguminosae)
Rumput kacang kacangan (Leguminosae) merambat berbunga kuning yang merupakan saudara dari tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) ini memang sedang trend sebagai tanaman penutup tanah (cover crop). Gulma ini tidak asing dan sering kita jumpai pada areal tanaman kacang kedelai, Jenis gulma ini biasanya digunakan sebagai makan sapi.

Gambar 1: Rumput kacang kacangan (Leguminosae)
2.2 Gulma teki-tekian
Gulma ini sangant menghambat pertumbuhan tanaman kacang kedelai karna gulma ini banyak mengambil unsur hara dalam tanah. Kacang kedelai biasa nya sangat cendrung terhadap gulma dan itu akan menghambat pertumbuhan tanaman kacang kedelai untuk melakukan pembungaan dan bisa menurunkan produksi pada tanaman kacang kedelai.


Gambar 2 : (Gulma teki)
2.3 Gulma padi-padian
Jenis gulma ini tidak asing lagi bagi kita karna setiap lahan kosong atau areal yang sedilit subur makan gulma ini sangat suka sekali, apa lagi pada areal tanaman kacang kedelai gulma ini mampucepat bersaing terhadap tanaman untuk pertumbuhan seperti perebutan unsurhara, cahaya matahari air dan lain-lain. Gulma ini sangat susah mati nya jika tidak dicabut maka gulma ini akan tumbuh lagi dengan umbi yang tertinggal.
Kacang kedelai biasanya sangat anti dengan adanya pertumbuhan gulma disekitar areal tanam apa lagi untuk memperebutkan makanan dengan gulma-gulma tanaman tidak mampu bersain dengan cepat, jika tanaman lambat bersaing dengan gulama maka tanaman akan mengalami penurunan produksi.


Gambar 3: (gulma padi-padian)


III. Aplikasi pengendalian Gulma pada tanaman kacang tanah

3.1 Tindakan Pencegahan Gulma

Tindakan pencegahan (prevention) adalah tindakan yang bertujuan untuk membatasi atau mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma sehingga usaha pengendalian terhadap gulma yang tumbuh menjadi seminimal mungkin atau tidak perlu dilakukan (ditiadakan).

Tindakan pencegahan didasarkan pada tahapan perkembangan gulma yaitu perkecambahan, pertumbuhan, pendewasaan, dan reproduksi. Berdasarkan tahapan tersebut, pendekatan pencegahan gulma meliputi mengurangi jumlah propagule yang diproduksi gulma, mengurangi jumlah gulma yang berkecambah, dan meminimalkan kompetisi yang terjadi antara tanaman dan gulma.

Beberapa tindakan pencegahan yang dianjurkan antara lain : pengolahan tanah sebelum tanam, pergiliran tanaman, penggunaan benih bersertifikat, sistem pertanaman, pemrosesan makanan ternak yang berasal dari hasil tanaman, penggunaan pupuk kandang yang telah mengalami proses fermentasi sempurna, mencegah ternak maupun alat-alat pertanian sebagai sarana penyebar biji gulma berbahaya, dan lainnya.

3.2 Pengolahan tanah sebelum tanam

Secara ekologi, pengolahan tanah mempengaruhi lingkungan fisik gulma dalam ekosistem gulma-tanaman. Pengolahan tanah mempengaruhi faktor-faktor penting bagi pertumbuhan gulma seperti regrowth dan seed bank. Pengolahan tanah sebelum penanaman dipandang sebagai tindakan pencegahan. Simpanan biji-biji gulma di dalam tanah (seed bank) berada dalam kondisi dorman (dormansi sekunder).

Simpanan biji-biji gulma tersebut tidak dapat berkecambah karena kondisi lingkungan tanah yang tidak mendukung perkecambahan. Hasil penelitian (Chozin, 1987) pada gulma Cyperus iria L. Dan Cyperus microiria Steud menunjukkan bahwa dormansi sekunder pada gulma tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kondisi penyimpanan, level air tanah dan fotoperiod. Pengolahan tanah menyebabkan biji-biji gulma di dalam tanah muncul ke permukaan tanah dan berkecambah.

Selanjutnya, gulma yang berkecambah dan tumbuh pada lahan pertanaman dikendalikan dengan cara manual atau dengan metode pengendalian lainnya sehingga tidak memberi kesempatan gulma untuk berkembangbiak.

Dengan tindakan pengolahan tanah yang berulang, semakin lama simpanan biji-biji gulma di dalam tanah semakin berkurang dan pada akhirnya gulma tersebut berada di bawah batas ekonomi pengendalian. Pengolahan tanah menyebabkan gulma-gulma yang hidup lebih dari satu tahun atau dua tahun terpotong-potong dan terbenam di dalam tanah.

Ukuran propagul menjadi kecil-kecil dan tidak cukup untuk perkembangbiakan akibat cadangan karbohidrat gulma semakin menipis bahkan habis akibat terpotongpotong oleh aktivitas pengolahan tanah. Tunas-tunas baru yang muncul dari sistem perakaran atau rhizoma gulma juga terkendalikan dengan pengolahan tanah.

Metode pengolahan tanah dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan gulma pada suatu pertanaman. Hasil penelitian Pramuhadi (2005) menunjukkan bahwa penutupan gulma dan bobot kering gulma pada pertanaman tebu cenderung meningkat dengan bertambahnya intensitas penggaruan tanah, tetapi cenderung menurun dengan bertambahnya intensitas pembajakan tanah, terutama pembajakan dengan bajak singkal.

Gulma kalah bersaing dengan tebu pada kondisi densitas dan tahanan penetrasi tanah yang rendah. Metodepengolahan tanah dengan intensitas pengolahan tanah minimum yang menghasilkan densitas dan tahanan penetrasi sebesar 1.2 - 1.3 g/cc dan 6.0 - 14.0 kgf/cm2 menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi tertekan.

3.3 Pemrosesan pakan ternak

Pakan ternak yang berasal dari hasil tanaman sering tercampur dengan biji atau propagul gulma. Biji atau propagul gulma tersebut dapat tumbuh di lokasi tempat ternak berada apabila pakan tersebut tidak diproses secara sempurna. Sebagai contoh, jerami padi yang tanpa melalui proses digunakan sebagai pakan ternak sapi. Jerami tersebut mungkin membawa biji-biji gulma dan biji gulma itu akhirnya tumbuh di tempat peternakan berada.

Penggunaan pupuk kandang Untuk mencegah penyebaran biji gulma pada lingkungan pertanian, harus dicegah penggunaan pupuk kandang yang belum mengalami proses fermentasi yang sempurna. Biji-biji gulma biasanya terbawa pada pakan ternak dan terbuang bersama kotoran ternak.

Apabila proses fermentasi dalam pembuatan pupuk Pengendalian Gulma. pupuk kandang tersebut belum sempurna, maka biji-biji yang terbawa tersebut dapat tumbuh menjadi gulma pada lahan pertanian yang menggunakan pupuk kandang tersebut.

3.4 Pengendalian Gulma secara Mekanis

Pengendalian gulma merupakan suatu usaha untuk membatasi atau menekan infestasi gulma sampai tingkat tertentu sehingga pengusahaan tanaman budidaya menjadi produktif dan efisien. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, kultur teknis, biologis (hayati), kimia (penggunaan herbisida), dan terintegrasi (terpadu). Tindakan pencegahan dan pengendalian bersifat komplementer.

Pengendalian gulma secara mekanis adalah tindakan pengendalian gulma dengan menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat mekanis berat untuk merusak atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik. Berdasarkan alat yang digunakan, pengendalian secara mekanis dibedakan menjadi :


1. Manual (tenaga manusia) : tanpa alat / alat-alat sederhana seperti parang, arit, kored, dll.
2. Semi mekanis : tenaga manusia memakai mesin ringan seperti mower (pemotong rumput).
3. Mekanis penuh memakai alat-alat mesin berat seperti traktor besar, dll. Berikut adalah beberapa contoh tindakan pengendalian mekanis yang biasa dilakukan.

Tindakan mencabut gulma merupakan pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma dengan cara mencabut gulma lebih sesuai untuk gulma setahun, tidak efektif dan sukar dilaksanakan terhadap gulma yang mempunyai rhizoma, stolon atau umbi, karena bagian-bagian tersebut segera dapat tumbuh kembali membentuk tumbuhan baru.

Pengendalian gulma dengan cara mencabut Pengendalian Gulma. gulma memerlukan tenaga menusia dan waktu yang banyak. Namun demikian, tindakan mencabut gulma menimbulkan gangguan yang minim terhadap tanaman. Pada percobaan-percobaan pengendalian gulma, tindakan mencabut gulma biasanya digunakan sebagai perlakuan pembanding.

Membabat gulma / memangkas / mowing Berdasarkan aspek konservasi tanah dan pencegahan erosi, pembabatan/pemangkasan gulma merupakan cara yang lebih baik dibandingkan dengan berbagai cara lainnya. Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan sifat gulma yang dihadapi, terutama dikaitkan dengan masa pembentukan biji gulma.




IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

Gulma menimbulkan kerugian-kerugian pada tanaman kacang kedelai karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan kualitas dan kuantitaskacang kedelai.
Gulma dan pertanaman adalah sama-sama tumbuhan yang mempunyai kebutuhan serupa untuk pertumbuhan normalnya. Perbedaan sifat dan habitus tumbuhan merupakan penyebab terjadinya kompetisi persaingan untuk memperebutkan kebutuhan seperti makanan, cahaya, air.
4.2 Saran
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang, pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan pada kacang kedelai harus dengan intensif karna akan bisa menurunkan produksi pada kacang kedelai.




DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://id.shvoong.comConvolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava gulma 2006 .
Agrios, G.N. 1997. Plant Pathology. Forth Edition. Academic Press, New York.
Ilmu Gulma. (Sitepu dan Asman 1989; Radhakrishan et al. 1997; Asman et al. 1998; Supriadi et al.2000; Nasrun 2005).















LAMPIRAN



Gambar 4 : (gulma ini sering mengganggu pada tanaman kacang kedelai).

Minggu, 01 Mei 2011

festisida

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai racun. Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat zat/bahan kimia pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri,dan hama lainnya.
Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem.Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur prosedur yang diterapkan.

Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu:
• Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.
• Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun.
Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natriumdikromat.
• Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas.
• Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.
• Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur.Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
• Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok. Contoh:ammonium,sulfonat,danpentaklorofenol.